Depresi dan Stigmanya

Share:


Bagi masyarakat kita yang masih awam Depresi sering disalah artikan sebagai Stres, padahal keduanya ialah hal yang berbeda dan mempunyai penanganan yang berbeda pula. Dikutip dari laman hellosehat.com Stres biasanya dimulai dari rasa kewalahan akibat banyaknya tekanan dari luar dan dalam diri seseorang yang telah berlangsung cukup lama. Stres bisa mendorong seseorang untuk semakin bersemangat menghadapi tantangan, tapi juga bisa mematahkan semangat orang itu sendiri. Ini karena setiap orang memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Sedangkan untuk Depresi sendiri ialah sebuah kondisi penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya. Depresi bukan tanda ketidakbahagiaan atau cacat karakter. Depresi bukanlah keadaan yang wajar ditemui seperti stres atau panik. Orang yang terserang depresi biasanya akan merasa hilang semangat atau motivasi, terus-menerus merasa sedih dan gagal, dan mudah lelah.

Gejala Stress : 
Stress diyakini dapat menyerang siapa saja, termasuk menyerang anak-anak yang masih sekolah dan gejalanya dapat dikenali pada uraian berikut.
  1. Sulit tidur 
  2. Gangguan daya ingat 
  3. Gangguan berkonsentrasi  
  4. Perubahan pola makan  
  5. Mudah marah dan tersinggung  
  6. Sering gugup atau gelisah  
  7. Merasa kewalahan dengan pekerjaan di sekolah atau kantor  
  8. Merasa takut tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan baik
Gejala Depresi :
Gejala depresi jauh lebih rumit daripada gejala stres. Kemunculannya pun bisa bertahap sehingga sulit untuk benar-benar menyadari kapan depresi pertama kali menyerang. Tanda-tanda depresi dapat dilihat melalui uraian berikut.
  1. Menarik diri dari lingkungan sosial dan keluarga
  2. Merasa sedih seolah-olah tidak ada harapan lagi
  3. Gangguan pada pola makan (tidak nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya)
  4. Hilang semangat, motivasi, energi, dan stamina
  5. Sulit mengambil keputusan
  6. Makan lebih sedikit atau lebih banyak dari biasanya
  7. Tidur lebih sebentar atau lama dari biasanya
  8. Sulit berkonsentrasi
  9. Sulit mengingat-ingat
  10. Merasa bersalah, gagal, dan sendirian
  11. Berpikiran negatif secara terus-menerus
  12. Mudah kecewa, marah, dan tersinggung
  13. Sulit menjalani kegiatan sehari-hari
  14. Hilang minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati
  15. Adanya pikiran untuk bunuh diri
Sebagai tambahan pengidap depresi juga dapat dilihat melalui postingan media sosialnya. Kenapa? karena seperti yang diketahui bahwa di era milenial ini media sosial merupakan suatu "wadah" atas ungkapan ekspresi seseorang dan biasanya pengidap depresi lebih sering memposting hal yang tersirat untuk memberikan pesan bahwa ada yang salah dengan diri mereka dan butuh pertolongan.
Contoh postingan yang dapat dideteksi oleh penderita depresi dapat dilihat dari faktor terangnya pencahayaan pada suatu foto dan pada umumnya foto yang sering diposting oleh penderita depresi cenderung lebih gelap, keabuan, kebiruan, dan tak jarang juga mereka memposting hanya sebuah foto gelap tanpa atau dengan deskripsi foto yang menunjukan keputusasaan atau seberapa mereka membenci diri mereka sendiri atas penyesalan dan kegagalan yang pernah mereka lakukan. Ironinya mereka sendiri cenderung menyangkal bahwa mereka sedang "sakit" dan berkata bahwa postingannya hanya iseng belaka (terutama untuk kaum pria).

Gejala depresi seringkali digambarkan sebagai orang yang lesu lunglai, selalu bermuram durja, susah berkonsentrasi, dan tidak produktif. Namun begitu, beberapa orang yang memiliki depresi bisa terlihat normal dan beraktivitas seperti biasa, seolah segalanya baik-baik saja padahal mereka hanya menjalani rutinitas semata namun tanpa arah tujuan. Fakta lain yang mengejutkan penderita depresi justru lebih sering terlihat pada orang yang ceria sehingga muncul sebuah pertanyaan kenapa orang yang depresi justru terlihat ceria bahkan dapat menularkan keceriaannya?

Hal ini dipengaruhi oleh cap negatif atau stigma buruk terhadap seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Misalnya, beberapa orang menganggap bahwa mengekspresikan emosi adalah cara untuk “mencari perhatian” atau sebagai tanda kelemahan, sehingga orang yang depresi memilih untuk menyembunyikannya. Maka tidak heran senyuman bahkan kebahagiaan yang mereka perlihatkan hanya semu belaka karena faktanya hal itu hanyalah sebuah tameng untuk menyembunyikan penderitaan dan segala beban yang mereka bawa di pundaknya.

Berbicara mengenai stigma masyarakat terhadap penderita depresi. Ironinya mereka lebih mudah mengecap bahwa penderita depresi yang sampai nekat melakukan bunuh diri adalah orang yang lemah, manja, dan tidak tebal tingkat keimanannya. Sebagai buktinya coba saja lihat postingan baik foto atau video orang yang bunuh diri saya berani jamin 80% dari komennya justru malah menghakimi orang yang bunuh diri dan biasanya top komennya kurang lebih berisi "Alah cemen, punya masalah segitu aja udah bunuh diri" atau "Tuhan mengutuk perilaku bunuh diri dan bagi pelaku bunuh diri akan kekal di neraka". Saya tahu dan paham betul Tuhan memang mengutuk dan sangat benci kepada perbuatan menghabisi nyawa sendiri namun kalian juga harus paham bahwa seorang penderita depresi bukan berarti dia hanya pasrah pada hidupnya dan tidak mencoba segala hal untuk menyembuhkannya, baik itu dari membaca artikel tentang depresi, pencegahan, atau konsultasi rutin ke psikiater bagi yang mempunyai modal lebih. Ingatlah, mereka sudah mencoba sesuai dengan kemampuan mereka dan menghindari perilaku bunuh diri dengan berbagai cara. 

Pada kenyataannya orang yang menderita depresi hanya butuh didengarkan, pasang telinga lebar-lebar lalu dengarkan semua keluhannya dan jangan potong ceritanya sebelum ia selesai bercerita dan justru malah kamu yang bercerita bahwa masalah kamu lebih berat dari dia. Ingat, kemampuan manusia dalam menangani tekanan berbeda-beda jadi jangan sekali-kali kamu mengklaim bahwa kamu sendiri punya masalah yang lebih berat atau yang lebih parah menyepelekan atas beban mental yang ia derita. Biarkan ceritanya mengalir apa adanya dan sebagai pendengar tunjukan bahwa kamu membutuhkan kehadirannya karena beban terberat penderita depresi adalah karena mereka merasa orang-orang sudah tidak lagi membutuhkannya dan kehadiran mereka di dunia ini hanyalah sebuah bentuk kesalahan. Perlu digaris bawahi bahwa penderita depresi bukanlah seseorang yang minta dimanja akan tetapi mereka hanya perlu diterima, maka support lah ia semaksimal yang kamu bisa. 

Ngomong-ngomong saya juga pernah mengalami kondisi seperti ini dan tahu betul bagaimana harus survive dengan bayang-bayang stigma bahwa penderita depresi adalah orang lemah dan datang ke psikolog hanya untuk orang sakit jiwa.

Saya peduli kalian. Salam hangat, PJ.


 


  

No comments